Thursday, July 16, 2009

semua tentang saya

menulis hal-hal menyedihkan lebih mudah buat saya ketimbang menulis hal-hal menyenangkan. terlebih menulis tentang orang lain, walaupun kemampuan mengobservasi saya tidaklah tajam dan terdeskripsikan dengan jelas. hanya akan sedikit mudah dituliskan bila lah saya secara tidak langsung merupakan bagian dari kejadian atau orang tersebut.
saya jelas orang yang kurang sensitif terhadap lingkungan atau mungkin tidak peka. tapi saya punya alasan untuk melakukan dan bersikap seperti itu, karena saya justru amat sangat sensitif maka saya menjadi tidak peka. begini contoh sederhananya, saya lebih sering berjalan menunduk dan mendengarkan mp3 daripada menatap ke depan dan memperhatikan samping kiri kanan perjalanan kaki saya dan melemparkan senyum kepada orang-orang yang saya temui di jalan baik saya kenal atau tidak. tapi pernah, pernah saya melakukannya dan hasilnya menyenangkan karena orang-orang itu yang tidak saya kenal itu juga membalas senyum saya dan langkah saya menjadi lebih ringan dan mantap. tapi bagaimana saya bisa tersenyum selalu bila jalanan yang saya lalui lebih banyak orang meminta-minta dan menengadahkan tangannya untuk sekedar meminta belas kasih dari orang-orang yang lewat. apakah senyum saya cukup baginya. apa pikirnya bila saya hanya melemparkan senyum setiap kali melewatinya duduk di jembatan penyeberangan dan di pinggir jalan itu? barangkali yang dipikirkan "saya tidak perlu senyummu mbak, saya butuh uangmu untuk makan, untuk beli baju, untuk bayar kotak tempat tidur saya".
jadi yang terjadi selanjutnya adalah saya yakini adalah lebih parah dari tersenyum, karena saya menundukkan kepala dan sama sekali tidak menatap mereka, saya bahkan berlagak mereka tak ada atau tak tampak, saya kadang memalingkan wajah berpura-pura tidak melihat mereka hanya karena saya tidak tega melihat mereka, menatap telapak tangannya dan melihat wajahnya yang hitam legam terbakar matahari. saya mudah menangis.
tapi kenapa saya juga tidaklah memberi apa yang mereka harapkan? sedikit dari beberapa ribu yang saya habiskan setiap harinya, apa beratnya? jawab saya "sama sekali tidak berat, tidak ada yang berat dari sedekah". tapi sekali lagi kenapa saya tidak memberi mereka, seperti dulu-dulu? ya, saya dulu rajin memberi mereka, dan saya percaya bahwa semakin banyak dan ikhlas saya memberi semakin banyak milik saya sendiri. jawabannya adalah otak saya sudah memilih untuk tidak (sering) melakukan itu lagi karena otak saya pernah menonton dan membaca bahwa sebagaian dari mereka adalah orang-orang pemalas yang lebih senang merendahkan diri mereka dengan menengadahkan tangan meminta belas kasihan orang lain yang telah berusaha keras mendapatkan segala sesuatu untuk menjalani hidup ini. bahwa otak saya menyuruh mata saya untuk tidak percaya bahwa seorang ibu meletakkan tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil dan sebaya dan apakah mungkin mereka bisa lahir dalam waktu bersamaan dan jadi apakah mungkin mereka anak si ibu ini untuk bersama-sama mengemis di jembatan penyeberangan itu sampai malam hari dan di titik yang sama setiap hari...setiap hari!. ibu macam apakah itu, dan bapak macam apakah itu yang mampu mengumbar nafsunya untuk bisa menghamili ibu itu dan membiarkan si ibu sendirian memberi makan mereka, paling tidak itu yang tampak dari luar dan saya lihat.
jadi otak saya memutuskan untuk mendiamkan mereka, saya tak tergoyahkan sejak saja rajin melewati jembatan-jembatan penyeberangan itu. kenapa? lagi-lagi saya punya alasan lain:
fakir miskin dan anak terlantar adalah tanggung jawab negara, tapi kenapa negaraku masih terlihat sebaran mereka di tempat-tempat itu, apa yang telah negaraku lakukan untuk mereka?
anak-anak adalah tanggung jawab orang tuanya atau lebih tepatnya bapaknya tapi dimana bapak-bapaknya dan kenapa anak-anak itu tidak ditempatkan di sekolah atau paling tidak bila malam tiba diletakkan ditempat yang layak.
banyak sarana untuk membantu mereka yang fakir dan miskin namun tidak merendahkan diri mereka, mereka yang tetap berusaha, bekerja dan menjaga harga dirinya, mereka adalah para pejuang tangguh yang mana saya mengagumi kegigihan mereka. contohnya pembantu saya, office boy di kantor saya, pedagang rokok di pinggir jalan, pedagang gorengan yang walaupun bisa menyebabkan jerawatan dan typus bila kebanyakan makan gorenan, penyapu jalan, pedagang kue-kue kecil...ah saya jadi ingat dengan pedagang kue tradisional depan kantor saya, saya kan mulai sering membelinya untuk membantunya. walaupun ada hal-hal yang mengganjal dari sebagian usaha mereka, lagi-lagi negara saya, apa yang telah negara saya lakukan untuk mereka, karena para pejuang tangguh ini melakukan usaha dimanapun dan kapanpun mereka mau. mereka hampir tidak memperdulikan larangan tempat, larangan rambu lalulintas, keindahan tata kota, kebersihan dan kenyamanan pemandangan dan kenyamanan berjalan di trotoar.
ah negaraku, sulitnya mengurus hal yang kelihatannya sepele seperti itu, bahkan hanya sekota "kecil" ibukota inipun sulit sekali apalagi beribu-ribu pulau di negaraku. jelas saya tidak akan mencalonkan diri menjadi presiden sepertinya dalam sepuluh tahun ke depan, karena mengurusi pengemis dan pejuang tangguh pinggir jalan saja saya tak mampu, saya hanya bisa berdalih seperti orang-orang itu bahwa itu adalah masalah kompleks, perlu penanganan integral, payung hukum integral, perlu komitmen bersama..bla..bla..bla...
jadi apa yang bisa saya lakukan? saya mencoba melakukan hal yang menurut saya baik untuk menjadikannya lebih baik di lingkup semampu saya, maka teman-teman saya dan saya membuat 20ribuanakasuh kami dan obsesi kami. kami tau itu masih kurang dan amat sangat kurang sekali tapi paling tidak kami punya hati.
terlalu banyak saya di dalam tulisan ini, semua sebenarnya tentang saya, ...saya dan saya...tulisan adalah selalu tentang saya ...sebenarnya dan bukan tentang mereka. kesombongan saya.
(bila tulisan tentang saya mampu membuat orang berpikir tentang diri mereka dan orang lain dan berbuat lebih baik, mencoba lebih baik, membantu untuk menjadi lebih baik dan tidak hanya diam maka saya akan tetap dan terus menulis tentang diri saya sampai tidak ada saya lagi karena toh saya ada karena mereka)

Friday, July 03, 2009

outside the box

emailnya kali ini berbunyi
"......apa dia tidak mikir, itu akan menyakiti saja........ibarat luka yang sudah mau kering, basah lagi, or menuju kering, basah lagi........aku hanya melihat dari luar kotak, soalnya kamu masih di dalam kotak....."
adalah
email terkeras panjang yang pernah dia sampaikan kepadanya. bukan sebuah kemarahan tapi sebuah "kegemasan" dan kasih sayang karena tidak ingin melihatnya semakin jatuh, tenggelam dan hancur. sebuah ketidakrelaan melihatnya dipermainkan dan disakiti lagi. dan hanya dia yang tau bila sesuatu terjadi padanya akibat dari semua itu maka dia tau kemana dan siapa yang harus bertanggung jawab atas semua itu dan apa yang harus dia ceritakan kepada seluruh orang terkasihnya.

(selalu yang berada di luar kotak yang bisa melihat lebih jernih)