Thursday, October 25, 2007

romo mangun

'dah baca buku Rumah bambunya Romo mangun'
'belum'
'ternyata romo mangun kalo lagi gelisah dia akan berjalan mengelilingi meja makan bisa lebih dari 15 kali. kamu kalo gelisah ngapain?'
'hhhmmmm.....' (kedengarannya berpikir dan mengingat-ingat)
'aku ...hhhmmm...tidur atau baca'
'aku harus melakukan sesuatu...to keep me busy ato nonton DVD banyak-banyak...well yang ini gak terlalu membantu sih'
'tulisannya lugas tapi tajam ya, bagus, aku suka'
'aku pernah baca novelnya..lupa judulnya...gak nyangka kl seorang romo bisa menarasikan seperti begitu'
'iya, baru 1 cerpen kubaca...aku tau maksud kamu'
'kenapa gelisah?'
'....'(tersenyum saja)
'well....'
'masih gelisah lama. membosankan. menjemukan dan memuakkan. bahkan horoscope friendsterku hari ini bilang kalo aku harusnya move forward....and i'll be happy'
'gelisah kita yang bikin, kita yang ciptakan dan kita juga yang bisa menghilangkannya'
'aku tau. sepupuku bilang, aku harusnya tidak terlalu berpikir terlalu keras untuk segala sesuatu....emang mukaku serius terus ya?'
'hahahha....'
'sedang ngapain selain ngobrol ma aku sekarang?'(jelas ngobrolnya lewat telp, kan?)
'onani!'(ngakak abis!)
'istri kamu kemana?'
'sedang keluar kota'
'kalo romo onani juga gak?' (jelas bukan ditujukan untuk alm. romo mangun)
'gelisah kamu sudah parah sepertinya, mungkin kamu harus ikut seminar-seminar pencerahan itu...training2 ESQ itu atau ke padepokannya aa gym'
'kamu blum jawab pertanyaanku'
'jelas apa yang dilakukan romo mangun ketika gelisah kan, ngelilingi meja 15 kali'
'iya, jelas berbeda dengan apa yg kamu lakukan dan yang sedang kamu lakukan'
'hehhee...sampai kapan mo gelisah terus? make up your mind!'
'sampai saya tidak merasa gelisah'
'gelisah bukan sesuatu yang perlu tapi yang kamu buat. dierase, didelete, dieliminir, disalurkan...seperti yg gue lakuin sekarang, dianulir...apalah ..pokoknya dihilangkan. is there anything i can help?'
'talk to me like this. it helps...thanks'
'anytime...anywhere'
'kamu pernah marah?'
'jelas pernah, kenapa?'
'pernah sakit hati?'
'tentu pernah, kenapa lagi?'
'saya marah ketika saya ingin bergabung dengan sebuah kegiatan dan dianggap tidak qualified krn saya tidak menutup kepala saya dengan kain. saya pernah sakit hati ketika saya bercerita kepada teman saya tentang kehidupan saya dan dia menganggap cerita saya tidak ada apa2nya dibanding penderitaan dia. kalo kamu?'
'saya marah ketika....kamu marah. saya sakit hati ketika...kamu sakit hati'
'come on...you're just a friend of mine. kita tidak akan pernah bersumpah untuk sehidup semati. gak perlulah sedramatis itu'
'hanya untuk membuatmu tenang dan nyaman. apa yang kamu pikirkan saat ini?'
'kamu'
'kenapa denganku?'
'kamu di sana, memegang hpmu, onani, ngobrol denganku, ngaco isinya, berusaha fokus dengan pembicaraan kita, mulai ngantuk tapi masih tetap berusaha baik samaku, kenapa?'
'kamu baik'
'kurang baik apa saya?'
'terlalu baik mungkin'
'[sigh]'
'sholat yuk...yang khusuk biar gelisah kita hilang'
'mandilah dulu, baru kau sholat...'
'tentu itu...'
'nanti aku critain lagi ttg isi cerpen romo mangun ya...sayang aku tidak punya meja makan untuk dikelilingi ketika ku gelisah'
'kamu punya aku, punya sajadahmu untuk tempat bersujud dan kamu selalu punya DIA'
'puasa kali ini lebih baik dari yang kemarin kah?'
'sepertinya lebih baik kali ini, kamu?'
'tahun lalu, tapi kalo kamu tanya efek setelahnya, lebih baik yang sekarang, dengan gelisah yang beda maka efek setelahnya juga beda. knp yang skrg lebih baik?'
'banyak tanggung jawab yang harus dilakukan sehingga dibuat untuk menjadi lebih baik dan harus lebih baik, harus menjadi contoh untuk anakku yang mulai belajar puasa'
'okay deh, bye hon...'
'dag....sayang..'
'kita gila...'
'kita hidup...hanya itu'
klik..dan hppun diletakkan...lalu mandi?sholat?baca?atau apa? yang pasti keduanya masih duduk di tempat masing-masing dan bertanya, seberapa gelisah sebenarnya mereka? ternyata tidak pernah dan tidak ada.....mereka hanya menemukan kata-kata 'gelisah' untuk percakapan mereka.

(jelas saya tidak bisa menyaingi romo mangun dalam menulis cerpen)

Friday, October 05, 2007

THR

menjengkelkan ketika tadi sempet mo menulis sebuah crita di blog yang satunya lagi, tiba-tiba ide itu hilang hanya gara-gara terdengar kata THR-tunjangan hari raya, apakah berarti bukan sesuatu yang menyenangkan terjadi? ...simaklah:

'mbak, aku gak mau ke atas-atas lagi ah abis ini'
'kenapa?'
'abis ditanya-tanyain soal THR mlulu, gak cuma di lantai atas sini tapi juga sana'
'bilang aja kita gak dapat THR' (sok wise dan memberika solusi)
'banyak banget yang nanyain mbak' (masih gak puas dengan solusi yang dilontarkan)
'yah mo gimana lagi, toh kita bukan lembaga sosial atau lembaga pengurusan pembayaran THR tuh' (menenangkan dengan cara yang tidak tenang)
'mungkin maksud pembicaraan waktu itu adalah untuk ini mbak'
'tapi kan kita sudah bilang kalau kita tidak 'bisa' melakukan itu'

aaahh....THR, seingat saya selama saya kerja, baru 2 kali saya terima THR, institusi itu memang harus membagikan gaji ke-13 tapi sudah hampir 5 tahun ini saya gak pernah terima THR karena memang tidak disebutkan dikontrak. jadi wajarkah bila diri ini memposisikan sebagai pegawai yang memang tidak pernah terima THR. jadi, segala macam biaya sosial yang muncul selama ramadhan dan lebaran adalah merupakan infaq, sodaqoh, hadiah, atau sumbangan yang diberikan secara ikhlas kepada orang-orang yang dianggap layak menerima untuk sama-sama merasakan kebahagiaan saya sama seperti kebahagian-kebahagian saya di bulan-bulan yang lain ketika bukan bulan ramadhan atau lebaran.

Jadi serba salah juga ketika tidak membagikan "THR" pada yang lain (yang sebenarnya tidak terlalu dekat tapi sering 'melihat saya'), bisa-bisa dicap: pelit, kaku, itung-itungan, gak sensitif, dan gak bener. tapi jujur, saya tidak peduli, karena hanya Allah yang tahu seberapa besar keikhlasan di hati saya untuk lingkungan sekitar...(asli saya takut 'riya')...sia-sia aja jika saya melakukan hanya untuk mencari muka secara saya sudah tau dimana muka saya berada dan terpampang secara manis ini :D dan saya mulai hapal dimana letak muka-muka yang lain itu pula...yg tidak perlu dicari juga.

Monday, October 01, 2007

taksi dan bakwan

hanya crita dr minggu lalu saja.
bicara soal taksi jakarta, jadi ingat tulisan umar kayam di "dialog" yang ngomongin soal taksi jakarta maka seiring berlalunya waktu ngomongin soal taksi jakarta sudah bukan ngomongin soal sopir taksi yang pake minyak angin banyak2 krn gak kuat sama AC tapi akan lebih fokus pada kualitas pelayanan. sekarang taksi jakarta warnanya macam-macam, dari biru (hampir semua jenis biru), hijau, kuning, oranye dan putih juga hitam.
ada satu perusahaan taksi yang memang mementingkan kualitas pelayanan sehingga bersaing dengan taksi lain yang "tarif lama" bukannya masalah. taksi ini memang banyak menjadi pilihan karena "namanya" sudah dipercaya, sampai2 logonya hampir ditiru-tiru oleh taksi-taksi yang lain. orang-orang merasa aman menaiki taksi ini termasuk saya hanya ada beberapa pengalaman yang cukup mengganggu saya, menyangkut ttg kualifikasi sang sopir.
entah mungkin perusahan taksi itu anti diskriminasi tapi dimanapun dan apapun jenis pekerjaannya saya yakin pasti memiliki kualifikasi ttt untuk merekrut tenaganya.
yang pasti sebagai sopir taksi jakarta tentulah bukan termasuk ini seharusnya:
  • berbadan besar dan tinggi (lebih 185cm dan berat lbh dr 90kg-an), kenapa? ngabisin bangku sopir sehingga banggu di belakang sopir tidak akanlah nyaman buat penumpang yg lebih dr 2 orang dan lagi biasanya orang dengan postur spt ini menghasilkan keringat yang lumayan banyak yang tentunya berefek pada bebauan di dalam taksi itu sendiri.
  • orang daerah yang baru datang ke jakarta dan hanya tau daerah di dekat tempat tinggalnya. menurutku sopir taksi jakarta paling tidak mengetahui jalur utama yang harus diambil bila ingin pergi ke jl. Thamrin, Jl. sudirman dan Sarinah apalagi HI, ini adalah kudu dan wajib hukumnya biarpun dia bilang "saya biasanya ngobyek di sekitar bekasi, neng". tetap menurutku tak ada alasan untuk kebingungan di ke-3 wilayah itu.
  • ganjen dan egois (yah ini memang susah ketauan pas perekrutan), terutama menyangkut membagikan keegoisannya mendengarkan lagu2 kesukaan si sopir pada penumpang secara selera keduanya amat sangat berlawanan, walaupun bisa menegur hanya tetap 'sopir taksi harus tau diri dan sopan'.

yah, itu baru contoh dr sopir taksi 'kepercayaan' belum yang lain2 dan beda warna....'kepura-puraan ketololan' mereka akan jalan2 utama di jakarta membuat malas menaiki taksi mereka.

sekarang apa hubungan antara taksi dengan bakwan? gak ada sih, cuma dua hal ini yang sempet kepikir pas wiken kemarin.saya cuma suka aja makan bakwan jagung (kadang2) trus pingin makan bakwan udang (yg kayak di sekolahanku SMA dulu) trusnya lagi ngehindarin makan gorengan bener2...apalagi bakwan. tanya sepupu saya "takut mati ya, mbak, krn makan lemak banyak2?" jawabku: "gak tuh, cuma takut gemuk", sambungnya "jadi gak takut mati tp takut gemuk?". kataku:" biar pas mati tetep in good shape toch?"....hehehhehe.... tanyanya lagi:"apa yg paling berat pas puasa, mbak?"(dia gak perlu puasa), jawabku:"ngomongin orang"...tanyanya:"jd bukan laparnya ya?" ..."tentu saja nggak"

(yah...posting begini jg sama aja ngomongi orang, an...dasar lu:p)